Jumat, 25 Juni 2010

Fiuuhh...

Lega, karena masa2 sulit telah dilewati dengan baik, perjuangan 5 tahun udah lewat semuanya. Sampai pada titik puncak kegembiraan, Graduation Ceremony. Semakin dekat dengan cita2...

Baru aja lega, kekhawatiran dateng lagi, ketakutan menjadi jobseeker. Ternyata ga bisa lega berlama2, karena tahap yang lebih menakutkan akan segera harus dihadapi...emang ya hidup itu penuh perjuangan..

Kerjaan sebenarnyaaa banyak, tapi jobseekernya juga banyaak. Belum lagi pilih2 jenis kerjaan, yang gajinya gede lah, fasilitasnya OK lah, dapet rumah, mobil, huaaaa siapa c yang ga mau kerjaan yg bgitu. 

Semoga saja kita semua dapet pekerjaan yang sesuai dengan yang kita harapkan yaaa...

Kata Allah:

apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain (94:7)

Semangat yuukkk!!!


PHOBIA JARUM

aaaaaa..kenapa saya begitu membenci jarum, baik itu peniti, jarum pentul, apalagi jarum suntik..inget banget waktu SD kelas satu, mama syok banget liat anak kesayangannya, mata penuh berlinangan air mata, setelah diketahui kalo ternyata saya baru habis suntik cacar. Inget banget waktu pertama kali suntik cacar SD kelas satu suntik tangan yg sebelah kiri, diledekin sama temen2 cowok, ihhh masa sih yang katanya pinter matematika, ga bisa disuntik...riana penakut....riana penakut...cengeng, tukang nangis, tukang pengadu....ga rela dibilang penakut dsb, saya kejar habis2an teman2 cowok nakal itu, trus saya lempar pake batu2 kerikil sampe kepalanya benjol, rasaaaaiiinnn deh......

Kalo ada suster2 dateng kesekolah buat suntik cacar, biasanya saya melarikan diri, pulang kerumah dengan berbagai alasan, karena takut disuntik..

Kalo ga karena kepaksa karena saya harus tau golongan darah, saya ga akan pernah mau ujung jari saya di tusuk pake jarum.

Saya ga akan pernah mau memakai baju, kemudian dipasangi bros, peniti, atau jarum pentul. karena takut ketusuk jarum.

Kalo bukan karena harus kepaksa periksa darah, karena muntah2, dan suhu badan yang miningkat panas karena Tifus dan demam berdarah,daya tahan tubuh menurun akibat kecape'an kuliah, saya ga akan pernah mauuuuu disuntik, diambil darahnya sebotol. 

Saya benciiiii banget, kalo harus medical check up. 

Saya pengen buanget donor daraaaah, tapi saya bisa pingsan liat mb2 susternya nusukin jarum ke tangan saya, dan membiarkan jarumnya terguntai - guntai ditangan saya, dan melihat begitui banyak darah yang disedot keluar...

seandainya sajaaaaaa ada obat yang bisaaaaaaa menghilangkan ketakutan saya dengan jaruuuummmm.......

Jumat, 11 Juni 2010

Bersyukur

(Suka banget sama cerita inspiratif ini)

Cerita klasik sederhana yang luar biasa ini Karya ANDRIE WONGSO, ceirta ini telah menyadarkan banyak orang, termasuk kami.

Di sebuah kerajaan, sang raja memiliki kegemaran berburu.
Suatu hari, ditemani penasehat dan pengawalnya raja pergi berburu ke hutan.
Karena kurang hati-hati, terjadilah kecelakaan, jari kelingking raja terpotong oleh pisau yang sangat tajam.

Raja bersedih dan meminta pendapat dari seorang penasihatnya. Sang penasehat mencoba menghibur dengan kata-kata manis, tapi raja tetap sedih.

Karena tidak tahu lagi apa yang mesti diucapkan untuk menghibur raja, akhirnya penasehat itu berkata: "Baginda, apa pun yang terjadi patut disyukuri".

Mendengar ucapan penasehatnya itu sang raja langsung marah besar : "Kurang ajar ! Kena musibah bukan dihibur tapi malah disuruh bersyukur...!"
Lalu raja memerintahkan pengawalnya untuk menghukum penasehat tadi dengan hukuman tiga tahun penjara.

Hari terus berganti. Hilangnya jari kelingking ternyata tidak membuat raja menghentikannya berburu. Suatu hari, raja bersama penasehatnya yang baru dan rombongan, berburu ke hutan yang jauh dari istana. Tidak terduga, saat berada di tengah hutan, raja dan penasehat barunya tersesat dan terpisah dari rombongan. Tiba-tiba, mereka dihadang oleh orang-orang suku primitif. Keduanya lalu ditangkap dan diarak untuk dijadikan korban persembahan kepada para dewa.

Sebelum dijadikan persembahan kepada para dewa, raja dan penasehat barunya dimandikan. Saat giliran raja yang dimandikan, ketahuan kalau salah satu jari kelingkingnya terpotong, yang diartikan sebagai tubuh yang cacat sehingga dianggap tidak layak untuk dijadikan persembahan kepada para dewa.

Akhirnya, raja ditendang dan dibebaskan begitu saja oleh orang-orang primitif itu. Dan penasehat barunya yang dijadikan persembahan kepada para dewa.

Dengan susah payah, akhirnya raja berhasil keluar dari hutan dan kembali keistana. Setibanya di istana, raja langsung memerintahkan supaya penasehat yang dulu dijatuhinya hukuman penjara segera dibebaskan.

"Penasehatku, aku berterimakasih kepadamu. Nasehatmu ternyata benar, apa pun yang terjadi kita patut bersyukur. Karena jari kelingkingku yang terpotong waktu itu, hari ini aku bisa pulang dengan selamat. . . . "
Kemudian, raja menceritakan kisah perburuannya waktu itu secara lengkap.

Setelah mendengar cerita sang raja, buru-buru sipenasehat berlutut sambil berkata:
"Terima kasih baginda. Saya juga bersyukur baginda telah memenjarakan saya waktu itu. Karena jika saya tidak dipenjara, maka bukan penasehat yang baru itu yang akan jadi korban, melainkan saya yang bakal diajak baginda ikut berburu dan sayalah yang akan menjadi korban dipersembahkan kepada dewa oleh orang-orang primitif. Sekali lagi terima kasih baginda telah memenjarakan saya, sehingga saya tetap selamat saat ini."

----------------

Cerita ini mengajarkan suatu nilai yang sangat mendasar, yaitu apa pun yang terjadi, selalu bersyukur, saat kita dalam kondisi maju dan sukses, kita patut bersyukur, saat musibah datang pun kita tetap bersyukur.

Dalam proses kehidupan ini, memang tidak selalu bisa berjalan mulus seperti yang kita harapkan. Kadang kita di hadapkan pada kenyataan hidup berupa kekhilafan, kegagalan, penipuan, fitnahan, penyakit, musibah, kebakaran, bencana alam, dan lain sebagainya.

Manusia dengan segala kemajuan berpikir, teknologi, dan kemampuan antisipasinya, senantiasa berusaha mengantisipasi adanya potensi-potensi kegagalan, bahaya, atau musibah. Namun kenyataannya, tidak semua aspek bisa kita kuasai. Ada wilayah 'X' yang keberadaan dan keberlangsungannya sama sekali di luar kendali manusia. Inilah wilayah Tuhan Yang Maha Kuasa dengan segala misterinya.

Sebagai makhluk berakal budi, wajar kita berusaha menghindarkan segala bentuk marabahaya.
Tetapi jika marabahaya datang dan kita tidak mampu untuk mengubahnya, maka kita harus belajar dengan rasa syukur dan jiwa yang besar untuk menerimanya. Dengan demikian beban penderitaan mental akan jauh terasa lebih ringan, kalau tidak, kita akan mengalami penderitaan mental yang berkepanjangan.

Sungguh, bisa bersyukur dalam keadaan apapun merupakan kekayaan jiwa.

Maka saya sangat setuju dengan kata bijak yang mengatakan
KEBAHAGIAAN DAN KEKAYAAN SEJATI ADA DI RASA BERSYUKUR.

Andrie Wongso

dari Yuli Marisa, Cibinong

Sumber :
http://forum-warga.web.id/_g.php?_g=_lhti_forum&Bid=1192#b